VERBA BAHASA MADURA
Iqbal Nurul Azhar
A. Pendahuluan
Bahasa Madura adalah bahasa daerah yang digunakan oleh warga etnis Madura baik yang tinggal di Pulau Madura maupun yang tinggal di luar pulau tersebut. Penutur bahasa ini diperkirakan berjumlah lebih dari 7% dari keseluruhan populasi bangsa Indonesia. (Wikipedia, 2009). Sekitar tiga hingga empat juta orang penutur bahasa Madura mendiami pulau Madura, sedang sisanya, sebanyak sembilan hingga sepuluh juta orang Madura tinggal di Jawa. Kantong penutur bahasa Madura juga dapat dijumpai di Jakarta, Kalimantan, dan Sulawesi. (PJRN: 2006).
Diantara beragam bahasa daerah yang ada di Indonesia, bahasa Madura merupakan salah satu bahasa daerah yang terhitung besar. Hal ini disebabkan karena jumlah penuturnya berada dalam posisi keempat setelah penutur Jawa, Melayu, dan Sunda (Wikipedia, 2009). Sebagai bahasa daerah yang besar, bahasa ini perlu dipertahankan, dibina dan dikembangkan terutama dalam hal perannya sebagai sarana pengembangan kelestarian kebudayaan daerah sebagai pendukung kebudayaan nasional (Halim, 1976). Pembinaan bahasa Madura ini dapat dilakukan dengan banyak strategi seperti: (1) Revitalisasi bahasa madura sebagai bahasa komunikasi di sehari-hari (Azhar, 2009) (2) standarisasi Bahasa Madura (Kusnadi, dalam azhar, 2009), (3) promosi bahasa dan budaya melalui seminar, simposium, dan konferensi yang mendiskusikan bahasa Madura (4) pembudayaan menulis dengan menggunakan bahasa Madura (Azhar, 2008), (5) Renaisansi (kebangkitan kembali) buku berbahasa Madura (6) penyerapan kosakata bahasa Madura ke dalam kosakata bahasa nasional (Azhar, 2009) dan (7) konservasi bahasa Madura melalui penelitian atau pengkajian bahasa dan sastra Madura.
Artikel ini adalah perwujudan dari strategi ketujuh yaitu konservasi bahasa Madura melalui pengkajian bahasa dan sastra Madura. Tujuan dari pengkajian bahasa Madura selain digunakan untuk mengetahui karakteristik bahasa tersebut melalui sudut pandang linguistik dan untuk membantu masyarakat Madura mempertahankan bahasa mereka dari kepunahan, kajian bahasa ini dapat digunakan sebagai panduan bagi masyarakat luar yang ingin belajar bahasa Madura.
B. Pembahasan
B.1. Beberapa Ciri Khas Morfologis Bahasa Madura
Selain tiga alasan yang telah disebutkan di atas tentang pentingnya kajian terhadap bahasa Madura, ada satu alasan lain yang membuat bahasa Madura (selanjutnya disingkat BM) layak untuk dikaji, yaitu bahwa BM memiliki beberapa ciri yang mudah dikenali dan bahkan beberapa diantaranya tidak terdapat pada bahasa-bahasa daerah lainnya termasuk bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat BI) sendiri.
Sebagai sebuah bahasa, BM mempunyai ciri-ciri khas baik dalam bidang morfologi, fonologi, maupun sintaknya. Namun, untuk membatasi kajian akan ciri dan kekhasan BM ini, bagian ini memfokuskan kajiannya pada aspek morfologis utamanya aspek Verba saja.
Sebelum kita masuk pada kajian Verba BM, marilah kita lihat beberapa ciri khas morfologis yang dimiliki BM. Pemaparan kekhasan BM ini dimaksudkan agar dapat menyadarkan kita bahwa BM adalah bahasa yang tinggi, penuh dengan keunikan dan karenanya layak untuk dikaji. Beberapa keunikan yang terdapat dalam aspek morfologis adalah:
- bentuk ulang dalam BM pada umumnya berupa perulangan sebagian suku akhir, hanya sedikit yang berupa perulangan sebagian suku awal, dan tidak dijumpai perulangan penuh. Seperti contoh ‘nak-kanak’ (anak-anak), ‘lon-alon’ (alun-alun), ‘ter-penter’ (pandai-pandai), ‘din-raddin’ (cantik-cantik). (Sofyan, 2008)
- Konstruksi komparatif atau untuk menyatakan lebih.dari.., digunakan konstruksi D+an. Sebagai contoh ‘raja’an’ (lebih besar), ‘penterran’ (lebih pintar). Dengan konstruksi seperti itu, BM meletakkan penanda komparatif di belakang, berbeda dengan BI yang meletakkan penanda komparatif di depan seperti frasa ‘lebih besar’ dan ‘lebih pintar’ (D = Kata Dasar). (Sofyan, 2008)
- Konstruksi superlatif atau menyatakan ‘paling..’, digunakan konstruksi R+D+-an. Seperi contoh ‘terpenterran’ (paling pintar), dan ‘dinraddinan’ (paling cantik). (R = Reduplikasi)
- Untuk menyatakan ‘berlagak seperti orang..’ digunakan konstruksi R+ma+D, seperti contoh ’Jamaraja’ dalam kalimat ’Jha’ jamaraja’ (jangan berlagak seperti orang besar, ’Jha’ ne’makene’ (jangan berlagak seperti orang kecil. Selain itu prefiks [ma-] yang melekat pada bentuk ulang dapat berposisi di depan bentuk ulang atau dengan kata lain berstruktur ma- + R + D, seperti pada kata ’majaraja’ (menjadikan besar-besar) dalam kalimat ’pupuk rowa majaraja tanemman’ (pupuk itu menjadikan tanaman besar-besar),
B.2. Pembagian Verba Bahasa Madura Berdasarkan Ilmu Tata Bahasa
Sesuai dengan judul artikel ini, maka dalam bagian ini akan dijelaskan secara detail ciri-ciri dan karakter Verba BM. Verba atau kata Verbal yang lebih dikenal dengan kata kerja secara tradisional (berdasarkan ilmu tata bahasa) dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa kategori yaitu: (a) berdasarkan bentuknya, (b) berdasarkan hubungan dengan nomina, dan (c) berdasarkan maknanya (Sofyan, dkk, 2008).
B.2.a Bentuk Verba
Berdasarkan bentuknya, verba BM dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu; (1) verba pangkal atau verba dasar terikat, (2) verba asal atau verba dasar bebas, (3) verba turunan.
Verba pangkal adalah verba yang dalam konteks sintaksis tidak dapat berdiri sendiri. Untuk dapat berdiri sendiri terlebih dahulu harus dilekati oleh afiks. Verba asal adalah verba yang dalam konteks sintaksis dapat berdiri sendiri tanpa afiks atau satuan gramatik lainnya. Verba turunan adalah verba yang berbentuk kompleks dan telah mengalami proses morfologis. Ketiga macam verba berdasarkan bentuknya dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Verba Pangkal
Bentuk dasar terikat yang sering disebut pangkal kata atau pokok kata atau prakategorial adalah satuan gramatik yang belum mempunyai kategori kata tetapi dapat dijadikan sebagai bentuk dasar (Ramlan, 1985; Moeliono dkk, 1988) Contoh-contoh verba pangkal dalam BM adalah:
eret seretlah
jhemmor jemurlah
pele pilihlah
sangga’ tangkaplah
tompa’ naikilah
(2) Verba asal
Verba asal adalah verba yang berupa bentuk tunggal; tanpa digabungkan dengan satuan grammatik lain, terutama afiks, sudah mempunya makna leksikal. dalam BM, jumlah verba jenis ini relatif terbatas jika dibandingkan dengan BI
dhaddi jadi
elang hilang
lebat lewat
peggha’ putus
robbhu rubuh
kalowar keluar
(3) Verba Turunan
Verba Turunan adalah verba yang dibentuk melalui proses morfologis sehingga selalu berupa bentuk kompleks atau terdiri atas dua morfem atau lebih. Proses morfologis dalam pembentukan verba turunan dapat berupa afiksasi, reduplikasi, komposisi, maupun berproses gabung. Oleh karena itu verba turunan dapat dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu (1) verba berafiks (2) verba berduplikasi (3) verba komposisi (4) verba berproses gabung
o Verba berafiks
Adalah verba yang dibentuk dengan cara menambahkan afiks pada bentuk dasar. Afiks BM yang berfungsi sbagai pembentuk verba diantaranya adalah: (a) prefiks N-, a-, ta-, ka-, pa-, e-, eka, epa-. (b) sufiks; e-, dan aghi, dan konfiks: N-e, N-aghi, N-ana, a-e, a-aghi, ma-e, ma-an, ma-ana, ma-aghi, e-e, e-na dan e-aghi. Contoh verba jenis ini adalah:
kala’ ambil > ngala’ mengambil
jhalan jalan > ajhalan berjalan
nanges menangis > mananges menyebabkan menangis
tedung tidur > tatedung tertidur
sabbhu’ sabuk > kasabbhu’ dijadikan sabuk
robbu rubuh > parobbu robohkanlah
bhatek lempar > ebhatek dilempar
jhamo jamu > ekajamo dijadikan jamu
jhau jauh > epajhau dibuat jadi jauh
lambi baju > lambi’i bajuilah
ghiba bawa > ghibaaghi bawakanlah
kala’ ambil > ngala’e mengambili
buwang buang > mowangngagi membuangkan
jhalan jalan > ajhalane menjalankan
jhalan jalan > ajhalanaghi menjalankankan
tengghi tinggi > matengghi menjadikan lebih tinggi
nanges menangis > manangesan menyebabkan menangis
kemme kencing > ekemme’e dikecingi
tamen tanam > etamenna akan ditami
bine’ perempiuan > mabine’e menikahkan
lake’ suami > malakenna akan menikahkan
kemme kencing > ekemme’e dikencingi
tamen tanam > etamenna akan ditanami
jhungka’ mendorong > ejhungka’aghi didorong
o Verba bereduplikasi
Verba bereduplikasi adalah verba yang berupa bentuk ulang. Contohnya adalah sebagai berikut:
enga’ ingat > nga’ enga’ ingat-ingat
ghighir marah > ghir ghigir marah-marah
bagi memberi > gi bagi bagi-bagi
pele pilih > le pele pilih-pilih
o Verba Komposisi
Adalah verba yang berupa kata majemuk. Contohnya adalah sebagai berikut:
Tola’ bali pergi pulang
Onggha toron naik turun
o Verba berproses gabung
Verba berproses gabung adalah verba yang dibentuk melalui gabungan proses afiksasi dan reduplikasi. Verba jenis ini sangat produktif dalam BM. Contoh-contoh penggunaanya adalah sbb:
abas > ngabas > bas ngabas melihat lihat
ater > ngater > ter aterre kirim-kirimlah
panas > manase > nas manase memanas manasi
pokol > epokol > ekolpokol dipukul pukul
tedung > tatedung > dung tatedung sambil tertidur-tidur
labu > bu talabu > epabutalabu dibuat terjatuh jauh
B.2.b. Perilaku Sintaksis Verba
Berdasarkan ada tidaknya nomina yang mendampinginya, verba dibedakan atas 2 macam; (1) verba transitif dan verba intransitif. Verba transitif adalah verba yang diikuti atau didampingi oleh nomina, sedang verba intransitif adalah verba yang tidak didampingi oleh nomina
(1) Verba Transitif
Adalah verba yang didampingi atau memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif. Nomina yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat aktif dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif
Contoh:
nghiba membawa
matoron menurunkan
nyare mencari
negghu’ memegang
mukka’ membuka
(2) Verba Intransitif
Adalah verba yang tidak didampingi oleh nomina. Contoh verba jenis ini adalah:
entar pergi
maso’ masuk
odi’ hidup
mole pulang
ongga naik
B.2.c. Hubungan Verba dengan Nomina
Berdasarkan hubungannya dengan nomina pendampingnya, verba dibedakan atas (1) verba aktif (2) verba pasif (3) verba antiaktif atau ergatif (4) verba antipasif.
(1) Verba Aktif
Adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku. Contoh:
ajhalan berjalan
ngerem mengirim
abhareng bersama
aghaluy mengaduk
(2) Verba Pasif
Adalah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku, sasaran atau hasilnya
epatada’ dihabiskan
ependem dipendam
takae’ tersangkut
takepe’ terjepit
(3) Verba Antiaktif (ergatif)
Adalah verba pasif yang tidak dapat dijadikan verba aktif. Subjeknya merupakan penaggap (yang merasakan, mnderita atau mengalami). Contoh:
ju’ tatoju’ terduduk-duduk
tateddha’ terinjak
(4) Verba Antipasif
Adalah verba aktif yang tidak dapat dijadikan pasif. Seperti contoh:
tedhungan suka tidur
mellean suka membeli
matodusan suka membuat malu
B.2.c. Makna Verba
Berdasarkan maknanya, verba dapat dibedakan atas (1) verba kausatif, (2) verba benefaktif, (3) verba resiprokal, (4) verba refleksif, (5) verba lokatif, dan (6) verba repetitif
Verba kausatif adalah verba yang menyatakan perbuatan menyebabkan menjadi. Contohnya:
majhau menjauhkan
maabid membuat jadi lama
malempo menggemukkan
Verba benefaktif adalah verba yang menyatakan perbuatan dilakukan untuk orang lain. Contoh:
melleagih membelikan
ngobuagih memeliharakan
mabaliagih mengembalikan
agabayyagih membuatkan
Verba resiprokal adalah verba yang menyatakan perbuatan yang saling berbalasan. Contohnya:
kolpokolan salingpukul
patang bales saling balas
lonkellonan saling peluk
Verba refleksif adalah verba yang menyatakan perbuatan yang objeknya diri sendiri atau dilakukan untuk pelakunya sendiri. Contoh:
akaca
bercermin
asoroy bersisir
ajemmor berjemur
acokor bercukur
Verba lokatif adalah verba yang menyatakan perbuatan yang objeknya berupa tempat. Contohnya:
adatenge mendatangi
namene menanami
abherse’e membersihkan
Verba repetitif adalah verba yang menyatakan perbuatan dilakukan secara berulang-ulang. Contoh:
nangesan sering menangis
bu talabu terjatuh jatuh
nges tatanges menagis nangis
kolmokol memukul-mukul
C. Sistem Morfologis Verba Berdasarkan Prefiks-prefiks Pembangunnya.
Salah satu keunikan BM yang belum terdeskripsikan dengan jelas adalah afiks-afiks yang membentuk verba. Ada beberapa afiks yang membentuk verba antara lain: (a) prefiks N-, a-, ta-, ka-, pa-, e-, eka, epa-. (b) sufiks; e-, dan aghi, dan konfiks: N-e, N-aghi, N-ana, a-e, a-aghi, ma-e, ma-an, ma-ana, ma-aghi, e-e, e-na dan e-aghi. Afiks-afiks tersebut adalah afiks yang biasa digunakan dalam membentuk verba BM
C.1. Kategori Morfologis Verba BM
Berdasarkan afiks yang muncul, maka Verba BM dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Kategori D (monomorfemis) baik transitif maupun intransitif seperti contoh:
dhaddi (jadi) elang (hilang) lebat (lewat) peggha’ (putus) robbhu (rubuh) kalowar (keluar). Verba kategori ini adalah verba yang mampu berdiri sendiri tanpa bantuan afiks-afiks tertentu
b. Kategori N-D, a-D, N-D-e, N-D-aghi, a-D-aghi seperti contoh ngeret (menyeret), nyokor (mencukur), adente’ (menunggu), agabay (membuat), naneme (menanami), ngeretaghi (menyeretkan), nyokoraghi (mencukurkan), adente’aghi (menunggui untuk seseorang), agabayaghi (membuatkan). Afik-afiks yang membangun verba jenis ini memiliki fungsi untuk membentuk verba transitif dan intransitif
c. Kategori e-D, e-D-e, e-D-aghi, seperti contoh: etoles (ditulis), etanem (ditanam), etolese (ditulisi), etaneme (ditanami), etolesaghi (dituliskan), etanemmaghi (disiramkan). Afiks yang bergabung dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk verba pasif
d. Kategori ta-D seperti contoh: tatoles (tidak sengaja tertulis), tatanem (tidak sengaja tertanam). Afiks yang bergabung dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk verba pasif dengan makna semantis ketidaksengajaan melakukan sesuatu.
e. Kategori ka-D, eka-D, epa-D, seperti contoh kajamo (dibuat jadi jamu), ekajamo (dijadikan jamu), epalebar (dibuat jadi lebar). Afiks yang bergabung dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk verba pasif dengan makna semantis membuat sesuatu menjadi.
f. Kategori pa-D, pa-D-aghi, D-e seperti contoh : parobbu (robohkan), parobbuaghi (robohkanlah), kalambi’i (bajuilah), tanemme (tanamilah). Afiks yang bergabung dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk verba imperatif dengan makna semantis perintah melakukan sesuatu.
g. Kategori N-an seperti contoh: menangesan (membuat menangis), matodusan (membuat malu). Afiks yang bergabung dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk verba kausatif dengan makna semantis menyebabkan sesuatu menjadi.
h. Kategori Ma-D-e, seperti contoh: malake’e (menikahkan perempuan dengan laki-laki, Afiks yang bergabung dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk verba aktif benefaktif dengan makna semantis melakukan pekerjaan untuk orang lain
i. Kategori N-an seperti contoh: nangesan (suka menangis), kalaan (suka kalah) mellean (suka membeli). Fungsi afiks yang bergabung dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk verba aktif
j. Kategori D-D-an seperti contoh tem-anteman (saling hantam), kol-pokolan (saling pukul), lon-kellonan (saling peluk). Fungsi afiks yang bergabung dengan pokok kata yang tersebut di atas memiliki perananan membentuk verba aktif resiprokal dengan makna semantis saling.
artikel lengkap silahkan unduh di link berikut: http://www.ziddu.com/download/18532078/FRASEVERBALBAHASAMADURAIQBALNURULAZHAR.pdf.html
saya mau tanya bentuk-bentuk afiksasi bahasa madura apa saja?
terima kasihhhhh
Mas Iqbal, mohon dikirimi artikel lengkap dari FRASA VERBAL BAHASA MADURA, VERBA BAHASA MADURA, KARAKTER MASYARAKAT MADURA DALAM SYAIR-SYAIR LAGU DAERAH MADURA… mator sakalangkong.
mas kaula nyu’unnah e-book/ buku elektrink nah sampean, se anerrangagin bahasa madura. arep ka angguy rujukan nah tesis kaula. mator sakalangkong.
ngerem dha’ kampus abdhina neng unijoyo….